ANTI SALTING: JURUS JITU MAHASISWA UNESA TINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK SISWA TUNANETRA

fio.unesa.ac.id - Surabaya, Pengajaran bagi siswa disabilitas tentu tak heran banyak orang yang berpendapat bahwa hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang berkecimpung pada pendidikan luar biasa. Namun berbeda kali ini, siapa sangka mahasiswa fakultas ilmu olahraga yang memprakasai terbentuknya inovasi baru bagi anak tunanetra. Ia bernama Febryansah Gilang salah satu mahasiswa jurusan pendidikan olahraga yang menjadi penggerak utama teman-teman seusianya melalui kegiatan program kreativitas mahasiwa (PKM). Pria berambut lurus ini, tidak sekadar duduk manis tapi ia memikirkan betul bagaimana setiap program dapat berjalan dengan baik, bermanfaat dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Akhirnya, ia pun mengajak teman-teman dari jurusan seni rupa, pendidikan luar biasa, dan ekonomi. Multidisiplin ilmu memiliki keunggulan tersendiri baginya sebab dengan multidisiplin ilmu pengetahuan dan pengalaman dapat berbagi menjadi satu untuk menciptakan sebuah suguhan yang mengesankan.
Gilang sudah mengikuti program kreativitas mahasiswa di tahun sebelumnya, tetapi menurutnya konsep yang lebih matang tahun ini. Semua ia persiapkan dengan matang, ketelitian dan penuh pertimbangan. Menciptakan sebuah inovasi baru dengan subjek yang baru pula. Tentu, tantangan yang dihadapi pun berbeda karena siswa yang dihadapi di tahun ini memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan kesabaran benar-benar diuji. Namun, itu semua dapat dilalui dengan baik karena tujuan yang diharapkan pun agar dapat meningkatkan motorik siswa tunanetra di SLB YPAB Surabaya.
Di SLB A YPAB Surabaya mengalami permasalahan mengenai tidak adanya media pembelajaran yang dapat digunakan pada mata pelajaran PJOK. Padahal, media pembelajaran sangat penting untuk merangsang proses belajar siswa, sehingga perkembangan motorik siswa dapat dimaksimalkan. Pun demikian yang dihadapi oleh guru PJOK di SLB A YPAB Surabaya. Bapak Aziz, beliau menuturkan bahwa : belum dapat menemukan inovasi yang tepat mengenai media pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran PJOK untuk siswa tunanetra. Selama ini, pembelajaran PJOK terfokus pada kegiatan senam yang digunakan untuk pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan permainan tradisional. Dua kegiatan pembelajaran tersebut belum dapat berjalan dengan maksimal, karena keterbatasan yang dimiliki siswa tunanetra. Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang diam. Kurangnya aktivitas gerak siswa ini berdampak pada kurang maksimalnya perkembangan motorik siswa.
Masalah yang dihadapi pun karena belum adanya penerapan media pembelajaran yang tepat sekaligus fasilitas yang kurang memadahi. Padahal penerapan media sangat berpengaruh bagi kemampuan perkembangan siswa, berpengaruh dalam membantu siswa untuk lebih mudah memahami suatu pelajaran. Oleh sebab itu tim PKM yang dimotori oleh Gilang (sapaan akrabnya) membuat sebuah program yang diberi nama, ANTI SALTING (penerapan painting stone dalam circuit training) untuk siswa tunanetra di SLB A YPAB Surabaya. ANTI SALTING merupakan sebuah program yang dirancang untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran PJOK dengan menggunakan media pembelajaran guna meningkatkan keterampilan motorik siswa tunanetra. Media pembelajaran yang digunakan pada program ANTI SALTING adalah painting stone, yaitu batu yang dilukis menggunakan cat timbul sehingga dapat diraba oleh siswa tunanetra. Pada sisi atas painting stone terdapat gambar gerakan olahraga yang digunakan sebagai petunjuk atau arahan kepada siswa tunanetra untuk melakukan gerakan olahraga, sedangkan pada sisi bawah painting stone terdapat keterangan mengenai gerakan olahraga yang harus dilakukan, yang dilukis dalam bentuk huruf Braille. Setelah meraba painting stone dan memahami petunjuk mengenai gerakan yang harus dilakukan, siswa tunanetra menuju circuit traininguntuk melakukan gerakan olahraga tersebut.
Tentu, ada segudang manfaat yang diperoleh berkat adanya program ANTI SALTING ini. Meski dilihat dari namanya kurang memiliki korelasi terhadap isi di dalamnya, namun ANTI SALTING sendiri merupakan sebuah akronim dari gabungan beberapa kegiatan yang dilakukan untuk membantu siswa SLB A YPAB Surabaya. Bila bukan kita yang melek terhadap siswa disabilitas, mau siapa lagi? Karena siswa disabilitas pun sebetulnya memiliki kemampuan yang sama dan hak hidup yang sama. Bukan hal yang sulit bisa sesama manusia hendaknya saling mengulurkan tangan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik pada sesama. Karena sejatinya manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain, pun membahagiakan orang lain adalah cara untuk memaknai hidup menjadi lebih baik.
Share It On: